-24 Years Old-

Juni 29, 2019

Apa sih makna pertambahan usia?

Dulu, saat masih remaja, momen pertambahan usia merupakan hal yang paling aku tunggu-tunggu setiap tahunnya. Momen dimana keluargaku mengucapkan selamat ulang tahun dan memberiku kue ulang tahun (walau bukan tiap tahun, sih). Teman-teman juga tak lupa mengucapkan hal yang sama dan ada yang memberiku kado. Bagiku, itulah hal yang paling aku tunggu setiap tahun. Laman media sosialku juga penuh dengan ucapan selamat ulang tahun dari teman-temanku, baik yang mengenalku dekat maupun tidak.

Menginjak dewasa, momen ulang tahun bukan lagi hal yang spesial buatku. Aku tak lagi menantikan ucapan selamat ulang tahun maupun kado dari keluarga dan teman-teman. Hanya segelintir teman dekatku yang masih mengingat tanggal spesial dalam hidupku ini. Bagiku sekarang, ulang tahun adalah momen dimana aku harus merefleksikan kembali apa yang telah dan akan aku lakukan. Aku harus memikirkan apakah diriku sudah cukup bermanfaat untuk keluargaku maupun orang lain. Selain itu, aku harus lebih bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepadaku hingga sekarang.

Apalagi sekarang, usiaku sudah menginjak 24 tahun. Usia yang hampir menginjak seperempat abad. Masa-masa kritis dimana beragam pikiran selalu memenuhi benakku. Entah itu tentang keluarga, jodoh, pendidikan hingga karir. Terutama terkait jodoh, hampir tiap minggu selalu saja ada undangan nikah yang datang ke rumah. Mulai dari teman SD, SMP, SMA hingga kuliah. Jujur, tiap menerima undangan tersebut tentunya aku merasa senang akhirnya temanku bertemu jodohnya dan akan segera menyempurnakan separuh agamanya. Tetapi dalam hati kecilku pun merasa sedih dan berpikir kapan aku akan menyusul mereka menggenapkan separuh agamaku juga.

Aku mulai cemas memikirkan kapan diriku akan dipinang oleh lelaki yang ditakdirkan berjodoh denganku. Di usia berapakah aku akan menikah. Dengan siapakah aku akan menikah. Ditambah lagi kedua orang tuaku yang selalu menanyakan perihal pernikahan. Dulu impianku adalah menikah di usia 23 atau 24 tahun. Aku berharap dengan menikah di usia muda, aku akan memiliki anak yang rentang usianya tidak terlalu jauh denganku. Sehingga, aku dan anakku bisa seperti teman. Semua orang boleh berekspektasi, namun realita terkadang berbeda.

Perihal jodoh memang rahasia dan hak prerogatif Allah. Semua manusia sudah ditetapkan jodohnya sejak zaman Azali. Tak ada manusia yang ditakdirkan sendiri, semua sudah ada jodohnya. Tinggal kita sebagai manusia yang berikhtiar menjemput jodoh tersebut. Gimana sih caranya? Caranya dengan memantaskan diri. Kata orang, jodoh itu cerminan diri. Jadi, kalau kita ingin mendapat jodoh yang tekun beribadah, kita sendiri lah yang harus memperbaiki ibadah kita. Begitu pula untuk aspek yang lain.

Sekian sedikit unek-unek dan kegalauan yang sedang ku rasakan.
Apalagi pas banget sih ini lagi malam minggu.

Note for myself :
Yuk perbaiki diri, ikhtiar dan jangan lupa berdo’a dengan sungguh-sungguh, setelah itu tawakkal dan serahkan hasilnya kepada Allah.

You Might Also Like

0 komentar